TERIAK "TYSNA"
By TYSNA SAPUTRA - Mei 15, 2018
“Ma, kok Tysna? Kenapa Tysna?”,
tanyaku saat duduk di bangku kelas 3 SD kepada Mama. “Kenapa?”, Mama bingung.
Aku cuma bisa diam sambil mendengar
suara olok-olokan beberapa siswa lain menggema di kepalaku. “Nggak, cuma mau tahu
aja” jawabku. Mama bilang, Tisna itu nama rektor papa waktu di
ITB. Dia itu sangat pintar dan disegani. Ya... harapan mereka mungkin aku
menjadi sama hebatnya seperti orang tersebut. Namanya juga doa orang tua. “Tapi
Pa Tisna itu laki-laki kan?” aku tanya mendesak. “Ya iyalah, kenapa memang?”
Mama bingung. Aku cuma bisa diam dan bertanya tanya kepada diri sendiri, kenapa
sebuah nama yang begitu berarti untuk orang tuaku menjadi bahan olok-olokkan
siswa sekolahku dulu. Mungkin buat mereka, ini adalah hiburan. Untukku, ini
adalah awal mula trauma.
Teriak Tysna (18 tahun lalu) adalah bahan olok-olokkan. Sebagai
seorang siswa SD, mungkin aku sudah punya rasa takut untuk sekolah, takut
diolok. Aku pernah diteriaki dari lantai 2, sebuah kata yang selalu mereka
sebut. Bahkan membuatku trauma sampai sekarang. Aku bahkan tidak bisa
menuliskannya di sini. Aku tidak perah cerita, tapi aku tahu pasti Mama dan
Papa tahu masalahku. Sejak SD, aku sudah memikirkan, bagaimana mengalihkan
teriakan TYSNA menjadi terdengar halus di telingaku sendiri. Bukan
sombong, tapi aku selalu menjadi juara kelas sejak SD. Tapi yang orang lain gak
tahu, sebenarnya itu adalah caraku untuk mengalihkan teriakan TYSNA
menjadi sesuatu yang indah di telingaku. Tapi itu semua percuma, tahun demi
tahun aku terjebak di dalam stereotype masyarakat. Seberapapun aku berusaha
untuk mengalihkan mereka, percuma, kata kata itu terus dilempar ke telingaku,
bahkan sampai saat ini. Aku memang bukan anak cowok yang gila terhadap sepak
bola, atau basket atau olahraga lain yang mendefinisikan bahwa kamu adalah laki
laki. Aku bukan orang yang garang, tegap, bersuara bass atau banyak hal yang
mereka definisikan sebagai kriteria seorang laki-laki.
Teriak Tysna (11 tahun lalu) membuatku menunduk. Aku kadang takut
bersosialisasi dengan siswa lainnya. Takut mereka menghina. Aku takut ke
kantin. Aku takut berjalan di lorong sekolah. Aku lebih baik menghabiskan waktu
di kelas saat istirahat, menggambar di lembar belakang buku catatan dengan
titip makanan jika temanku ke kantin. Seberapapun prestasi yang aku buat, hanya
jadi kesempatan mereka untuk berteriak mencemoohku saatku dipanggil untuk
menerima penghargaan di depan seluruh siswa saat upacara bendera. Aku takut
maju di depan umum. Aku hanya bisa menjadi diriku di depan lima sahabat
terbaikku saat SMA. Itupun di tempat les.
Teriak Tysna (10 tahun lalu) membuatku tersenyum. Aku akhirnya pindah
ke tempat baru. Aku pindah ke Malaysia untuk meneruskan pendidikan di sebuah
Universitas asal Australia. Kalau aku harus berterima kasih, Papa dan Mama mengubah
hidupku 180 derajat saat mereka berusaha membiayaiku sekolah di luar negeri.
Lingkungan baru, tanpa stereotype yang aku takuti. Aku merasa aku adalah TYSNA,
tanpa cemoohan menjadi embel-embelnya. Tysna, 10 tahun lalu adalah seorang
mahasiswa jurusan Mass Communication & Marketing (Double Major) yang sangat
ambisius. Kebiasaanku untuk mengalihkan pandangan orang terhadap diriku dengan
prestasi sudah menjadi kebiasaan yang tidak bisa dihentikan. Al hasil, Tysna si
anak ambisius pun tercipta. Mungkin masa kuliahku adalah masa – masa yang
paling aku syukuri. Berprestasi tanpa beban dan mempunyai teman-teman yang
menerimaku. Tidak ada teriakkan kata kata itu sama sekali. Aku bukan tidak suka
tinggal di Indonesia, tetapi di tempat lain, aku tidak dipandang sebelah mata.
Aku mulai bisa fokus terhadap diriku sendiri, pendidikkanku, bahkan
penampilanku. Tysna saat itu sangat berbeda dengan Tysna yang dikenal saat SMA
atau sebelumnya. Aku mulai bisa belajar dengan fokus untuk berprestasi,
memperbaiki penampilanku dan melakukan hal yang aku suka tanpa judge dari
siapapun. Aku memang sangat suka sekali Art, terutama Film. Untungnya papa
tidak pernah menghalangi pilihan anak anaknya, malah mendukungnya. Dimana saat
itu banyak persepsi bahwa masuk bidang film atau seni itu gak ada masa
depannya. Tapi kata papa begini; “Tysna, kamu masih ada keturunan Chinese,
kalau bisa ambil bisnis juga”. Makanya, saat itu aku juga ambil study di bidang
marketing yang dulunya aku sangat benci, ternyata jadi suka banget. Beberapa
kali aku jadi team leader dalam project kuliah tanpa rasa takut untuk tampil di
muka umum. Tuhan saat itu memberikanku waktu untuk bebas menjadi diriku sendiri
lewat tangan Mama dan Papa. Aku mulai mengerti cara bersyukur, dan selalu ingin
men-share hal tersebut dalam karya-karya yang aku buat saat kuliah di Malaysia
dan sampai saat ini.
Teriak Tysna (6 tahun lalu) menjadi tantangan untuk kebal. Aku, si anak
baru lulus, sangat ingin pulang ke Indonesia untuk bisa menginspirasi orang
banyak lewat karyaku di bidang filmmaking. Saking semangatnya, aku lupa kekentalan
stereotype orang Indonesia terhadap orang seperti aku. Mungkin beberapa dari
kalian bertanya-tanya, “apa maksudnya orang seperti aku?” Akupun gak tahu.
Aku berpakaian seperti pria lain dengan pekerjaan yang dilakukan pria lain
juga. Mungkin latar belakangku yang tidak melakukan kegiatan atau hobby
stereotype yang seorang pria lakukan, membuat gerak-gerikku menjadi tidak
seperti ekspektasi mereka. Harus Garang! Harus Tegap! Bro banget! (walau
istilah ini aku gak paham). Di tempat kerjaku, bahkan beberapa orang masih
termakan stereotype kuno tersebut. Menilai orang hanya dari apa yang mereka
lihat dan dengar, bukan dengan mengenalnya. Jujur, di tahun pertama aku kerja,
aku sempat mau lompat dari apartemen ku di lantai 37. Tuhan sayang aku. Dia
selalu menempatkan orang-orang baik untuk menjagaku. Teman – Teman. Maklum, aku
tinggal jauh dari orang tua dan tidak pernah terbuka dengan mereka tentang
masalah yang aku alami sejak SD ini dengan mereka (aku cuma takut jadi beban
karena ini sepertinya hal yang gak begitu penting juga untuk mereka pikirkan).
Tysna saat itu adalah Tysna yang lupa lagi untuk bersyukur dan akhirnya
ditampar Tuhan. Justru tantangan terberat adalah menjadi diri sendiri di negara
sendiri.
Teriak Tysna (Hari Ini) adalah Tysna Saputra. Aku bukan hasil bentukkan
mereka yang mengolok-olokku. Aku, hari ini, adalah hasil dari kasih sayang Tuhan
dan mereka yang menyayangiku. Dulu Mama pernah bilang; kita gak bisa berhentiin
air terjun yang sudah mengalir deras dengan kedua tangan kita. Air yang
mengalir keras ke bawah, sudah pada kodratnya, mereka tertarik gravitasi dan
meluncur keras ke bawah. Kita adalah orang yang berdiri di bawah air terjun
itu. Kekuatan kita adalah yang bisa membuat kita tetap berdiri tegap dan
tersenyum, walau menahan sakit hempasan air yang mengalir deras. Jangan sampai
terjatuh, karena itu adalah hal yang mereka inginkan. Kalau mau menangis, menangislah
sampai puas. Saat kamu kembali ke depan mereka, kamu adalah orang yang mereka
sangat tidak inginkan, seorang yang selalu tersenyum dan kuat.
Untuk Mama dan Papa, Tysna kangen.
10 komentar
Kak tysna kami menyayangi kak tysna apa adanya. SEMANGAT KAK TYSNA!!!!!
BalasHapusAku jg prnah tuh kaya gtu kak pas SD-SMP tapi ya namanya anak2 suka kepikiran kalo dikatain temen yakan. Tp smnjak SMA- skrg aku sih udh ga denger org mau blg kaya gmna malah makin kebal hahahahaha
BalasHapusReally inspiring. Terpaan yang ka Tysna hadapi memang terasa berat, bagi orang lain mungkin sepele, tapi bagi yang merasakan aku tau pasti itu sangat berat. Tapi ka Tysna hebat bisa menjadikan itu sebagai motivasi. Walaupun sempat berpikir yang macam-macam, tapi akhirnya bisa cepat sadar. Ya begitulah sebagai hamba Tuhan, kita harus terus mengingatNya dalam kondisi apapun. Karena sesungguhnya Tuhan menyayangi kita, dan masalah yang kita hadapi adalah ujian dari Tuhan. Barangsiapa yang berhasil melaluinya, Insya Allah ditinggikan derajat orang itu di mata Nya. Semoga ka Tysna selalu sehat, sukses, dan disayang oleh Tuhan. Dan selalu bersyukur karena sekarang ka Tysna dikelilingi oleh teman-teman yang sayang dengan ka Tysna. Ada Kevin, Pattdev, Alex, Andy, Reggy, dan masih banyak lainnya. Sukses selalu!
BalasHapusKa tysna.. semangat terus yaaa! Keep inspiring banyak orang:) semoga nanti suatu hari aku juga bisa inspiring kyk ka tysna skrg hehehe. Aku juga pernah mengalami masa2 berat kyk ka tysna dulu bahkan gak cuma dari lingkungan sosial aja dr keluarga pun jugaa.. tp aku ttp yakin semua yg udh terjadi krn sudah ada jalannya masing2! Semangat terus yaa
BalasHapuskeren so inspiring.. klo menurut w sih org2 kayak gitu tuh yg suka ngebully orang. harusnya di musnahkan aja di muka bumi. that why setiap manusia memiliki kesukaan masing2 ada yg suka art tp gak suka olahraga. kyak ak gak ngeroko di bilang gak laki bodo amat deh orang mau bilang apa .. but this is me semangat ka tysna
BalasHapusSaya merasakan apa yg dirasakan Penulis, membekas memang dan terkadang berpikir tak ada tempat dipikiran mereka untuk melihat dari sisi yang lain, Apakah mereka tidak mengerti konsep Tuhan ? Bukankah dengan perbedaan seharusnya menjadikan arti persamaan yg lebih luas,
BalasHapusAnyway, selagi kita sadar akan takdir Tuhan dan bagaimana seharusnya kita menjalankan hidup, selalu berdoa Tuhan pasti memberikan jalan,
Tetap menginspirasi Kak Tysna, Tuhan punya konsep hidup dari masing-masing ciptaan-Nya.
Sangat menginspirasi
BalasHapusThank You so much
Semua sama seprti yang saya rasakan..
BalasHapusTentang nama,istirahat dikelas,lima sahabat.art,menggambar di halaman belakang buku..semua sama kak..
Semoga aku bisa menjadi orang hebat seperti ka tysna.
Dan sekarang aku lagi di masa pekerjaan dengan orang orang yg masih sungkan menerima diriku :( .tapi seperti ka tynsa. Harus tetap semangat dan berdiri tegap. Semoga suatu saat bisa bertemu ka tysna..aminn..
Keren!!!
BalasHapusAsli salut bgt sama sikap dan motivasi dari ortu ka tysna. Dan salut juga buat ka tysna yang selalu jadi diri sendiri walaupun perkataan orang diluar sana sangat menyakitkan. KEEP strong ka tysna we always with you!!!!
God bless
cerita Hampir Mirip sama Kisah Gua wkwkw,Pas SD Gua Selalu Dibully temen Sekelas! The next Setelah Gua Udh SMP gua Punya Harapan Semuanya bisa Berubah! Gua Yang sd nya Gemuk Banget Gua Diet Berubah Menjadi Kurus,Gua Selalu Berusaha Ikut Dengan Tmn Cowok Buat Main Sepak bola,volly,Dll Tapi Ntah Knp Diri Ini Ga Ada Rasa suka Buat main Bola,Bukan Ga suka Tapi Karena Malu Sih �� Di Smp Fix Gua Orangnya Cupu Banget!,dan Setelah Gua SMK 1,Gua Selalu Berkata Gua Kali Ini Harus Berubah! Tapi pada kenyataannya Seperti Kk tysna,Gua Selalu Dikelas Gak mau Ke kantin,Keluar,Bahkan Ke wc juga Wkwkwk,Bukan Gak Mau Keluar Pengen Keluar Ke kantin,Tapi Takut Dibully,.. Di ledekin Blabla! Gua Adalah murid Cowok Di kelas Dari 10 orang! Gua Adalah Salah Satunya Yang Sangat Aktif dikelas Dan Cukup Berprestasi,waktu itu aku Berpikir Kalau Aku bakalan Gak Di bully lagi,Tapi ternyata sebaliknya Gua Selalu Dibenci Sama Mereka Yang nilainya jelek! Dan jujur Gua Adalah orang Yang Gak Pernah ikut main Bola Disaat pelajaran penjas,Dikelas Menyendiri,Gak Menyendiri Juga wkwkw sama Temen Cewek,Bukan Coeg atau Apa,Tapi Yang Senasib Pasti taulah Kenapa wkwkwk
BalasHapus